Selasa, 30 Juni 2009

TIGA POSISI PEMIMPIN

Pemimpin identik dengan orang yang selalu berada di depan untuk memimpin, mempertanggungjawabkan dan memiliki wewenang lebih dari para anggotanya. Pemimpin mempunyai kuasa untuk menentukan langkah dan arah dari sekumpulan orang yang dipimpinnya.


 

Pengertian itu mungkin salah. Maaf, saya sengaja menulis tanpa referensi yang seharusnya. Jadi pengertian tersebut sangat subyektif karena dipandang dari kaca mata saya pribadi dan hanya berdasarkan pengalaman, tanpa memiliki pengetahuan khusus di bidang kepemimpinan (leadership).


 

Kepemimpinan banyak diulas dalam berbagai buku bahkan seminar-seminar tentang kepemimpinan. Banyak para ahli menuliskan bagaimana cara-cara menjadi pemimpin yang sukses. Dengan mudah buku-buku itu dapat kita peroleh dan kita pelajari. Tapi dalam kenyataan, memiliki dan membaca buku-buku itu belum sepenuhnya membuat para pemimpin itu sukses.


 

Satu contoh nyata, di tempat kerja saya ada seorang manajer yang gagal dalam melaksanakan tugasnya karena dianggap kepemimpinannya jelek. Saya mengenal betul orang itu, buku-buku tentang kepemimpinan banyak sekali dimilikinya. Seminar-seminar juga sering diikutinya. Ia duduk dalam jabatannya hanya karena kualifikasi pendidikannya memadai. Secara pribadi kepada saya Ia pernah mengakui bahwa ia tidak berhasil memimpin para stafnya, kenapa? Saya bilang bahwa ia belum berhasil dan bukan tidak bisa.


 

Secara awam saya menjelaskan 3 hal minimal yang harus dilakukan untuk seorang pemimpin. Meminjam istilah Ki Hajar Dewantara : Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mbangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Apa hubungannya?


 

Begini,

Ing Ngarso Sung Tulodho kurang lebih berarti Di Depan Memberikan Contoh. Sebagai seorang pemimpin bukan saja bebas memerintah seenak perutnya, mengawasi dan menindak tegas anak buahnya yang melanggar aturan yang ada. Tapi pemimpin harus bisa membuat mereka mengikuti aturan dengan cara memberikan contoh bagaimana tidak melanggar aturan.

Artinya, pemimpin itu tidak kebal akan peraturan. Aturan yang ada adalah untuk semua, contoh: kalau jam kerja dimulai pukul 8 pagi, jadi pemimpin atau atasan jangan bisanya hanya marah-marah saja pada mereka yang datang terlambat. Sementara dia sendiri datangnya jam 9. Kalau kita jadi atasan, datanglah jauh lebih awal dari jam kerja yang sudah ditetapkan.


 

Ini adalah semacam pemberian contoh kepada para bawahan untuk berdisiplin datang tepat waktu.


 

Demikian juga pada aturan-aturan yang lain. Sebelum kita sebagai atasan memarahi lalu memberi tindakan kepada anak buah yang melanggar sepatutnya kita telah melakukan hal yang benar terlebih dahulu.


 

Begitulah, seorang pemimpin harus bisa selalu memberikan contoh dan teladan bagi para bawahannya. Inilah posisi pemimpin yang pertamam, berada di depan memberikan contoh.


 

Hal kedua,

Ing Madya Mbangun Karsa, kurang lebih ini bermakna Di Tengah Membangun Minat dan Keinginan serta memberikan dukungan.


 

Sebagai pemimpin tidak selalu berarti berada di depan. Pemimpin juga harus bisa memposisikan diri di antara para anggotanya. Ia dituntut untuk mengerti gejolak yang terjadi pada para anggotanya. Dengar dan kumpulkan keluh kesah, permasalahan yang dihadapi mereka bahkan ide-ide yang muncul dari mereka. Setelah itu berikan saran-saran serta dukungan pada ide-ide brilian tersebut. Jangan membodohi anggota dengan mengesampingkan minat dan keinginan mereka dan menganggap bahwa ide kita sendiri yang paling benar.


 

Contoh : jika ada permasalahan yang berhubungan dengan kinerja kelompok kita, sebaiknya kita juga meminta pendapat para member untuk ikut serta memecahkan permasalahan tersebut. Anggaplah permasalahan yang timbul itu adalah permasalahan bersama yang harus diselesaikan secara musyawarah.


 

Hal terakhir,

Tut Wuri Handayani, artinya di belakang mengikuti sebagai penurut yang baik serta mendukung segala kebijakan beserta peraturan-peraturan yang ada.


 

Pemimpin sememangnya juga harus mengerti dan ikut serta merasakan dan melakoni apa yang dilakukan bawahannya baik dalam suka dan duka. Pada posisi ini kita dituntut untuk bisa menjadi anggota. Apa yang anggota rasakan dan alami sebaiknya kita juga mengalaminya. Kita satukan diri kita dengan mereka di saat-saat mereka dalam kesedihan maupun dalam kesukacitaan. Kita baurkan diri kita jauh ke dalam keaadaan mereka. Kita anggap diri kita setara dengan mereka seolah duduk sama rendah berdiri sama tinggi.


 

Pada posisi ini kita akan senantiasa dituntut menjadi bawahan dimana seringkali kita tertindas oleh aturan-aturan. Dengan merasakan apa yang dirasakan para wong cilik yang mungkin susah, baik secara moril, materiil maupun spirituil diharapkan kita sebagai pemimpin akan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.


 

Demikianlah, seorang pemimpin memang harus fleksibel. Bisa berada pada tiga posisi yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Depan, tengah dan belakang. Memang susah. Tapi ini pernah saya lakoni hingga saya pernah sukses memimpin sebuah kelompok kecil di tempat kerja beberapa tahun silam.

6 komentar:

Tukang Komen mengatakan...

Ada tiga aturan boss mass :
1. Kata-kata boss selalu benar.
2. Boss tidak pernah salah.
3. Jika boss salah, lihat peraturan 1 dan 2

wa...kw...kw..wk... kabuuuuur...

Cerita Tugu mengatakan...

kira-kira pemimpin kita apa sudah memenuhi tiga kriteria tersebut

BIG SUGENG mengatakan...

Wacananya adalah demikian
tapi pemimpin yang terpilih justru bukan orang yang demikian
Kalau rakyatnya oportunis, maka pemimpin yang dipilih adalah pemimpin oportunis
Kalau rakyatnya menghalalkan segala cara, maka pemimpin yang dipilih adalah pemimpin menghalalkan segala cara
Pemimpin adalah cerminan rakyatnya, jika rakyat kebanyakan sudah baik maka orang baik akan terpilih jadi pemimpin

guskar mengatakan...

di suatu kelas, saya menanyakan kepada peserta training : siapa pemimpin itu? satu2 menjawab pemimpin itu bla..bla..bla...
ada satu peserta angkat tangan, dan berkata : pemimpin itu saya!!!
ini jawaban yg saya tunggu2..

dewi mengatakan...

rasanya bos aq perlu baca ini mas rco.. nice posting

suwung mengatakan...

serasa jaman tiga serangkai