Jumat, 17 Juli 2009

JAGO KANDANG

Kakek saya memiliki keluarga yang cukup besar. Setiap liburan sekolah cucunya semua ngumpul di kampung. Suasana rumah jadi ramai sekali. Usia keponakan-keponakan dan saudara-saudara sepupu rata-rata masih dibawah 17 tahun. Dan jumlahnya pun cukup besar bila hendak membuat 2 tim kesebelasan sepak bola.

Yang menarik untuk diperhatikan bukan begitu besarnya keluarga itu, tapi ragam tingkah dan sifat mereka. Ada yang pendiam tak banyak bicara, ada yang ceriwis pandai melucu, ada yang tak banyak bicara tapi kakinya tidak bisa diam bahkan ada yang suka bicara dan tertawa-tawa sementara tingkahnya juga banyak dan sebagainya.

Diantara berbagai ragam polah dan tingkah anak-anak itu terdapat juga yang bersifat agak aneh, ia suka berkelahi dengan teman-temannya di luar sana, tapi jika di rumah diam bagai penakut. Sementara itu ada juga beberapa yang di luar sana sangat pendiam tapi di lingkungan sendiri suka bikin ulah alias jago kandang (beraninya di rumah sendiri).

Mengamati tingkah polah anak-anak, baik yang pendiam maupun yang berani atau yang jago kandang kita bisa memakluminya. Tapi jika sifat-sifat tersebut tercermin pada orang dewasa maka kedewasaan orang-orang tersebut patut dipertanyakan.

Bangsa ini memiliki banyak anak dengan sifat yang beragam seperti halnya cucu-cucu kakek saya, bahkan lebih banyak. Dari sekian banyaknya itu terdapat sepersekian persen yang suka usil di negeri sendiri. Mereka beraninya hanya di dalam negeri dengan kata lain jago kandang.

Bali sebagai bagian dari kekayaan bangsa ini tidak cukup sekali telah menjadi korban peledakan bom. Dan jelas dinyatakan bahwa pelakunya adalah anak-anak negeri sendiri, bahkan beberapa pelaku tersebut sudah mendapatkan ganjarannya di ujung senapan regu tembak.

Pagi tadi, kembali bangsa ini diuji. Jakarta diteror oleh meledaknya 2 bom. Belum diketahui secara jelas penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Tapi menilik berbagai pengalaman yang terjadi beberapa tahun terakhir bukan tidak mungkin peristiwa ledakan bom kali ini juga dimotori oleh anak-anak bangsa sendiri.

Kenapa mereka masih juga hidup di negeri kita sementara mereka tidak punya nyali membuat teror di negeri orang dan beraninya cuma menyengsarakan saudara-saudara kita sendiri. Sebagai jago kandang, mereka ini benar-benar bukan lagi manusia. Tubuh saja manusia, tapi otak dan perasaannya murni binatang.

7 komentar:

ceritaeka mengatakan...

Siapapun otak dibalik ini.. mereka sungguh kejam !
Kejaaaaam !!

Ayah saya nyaris jadi korban, syukurlah masih di lindungi Tuhan.

Semoga ini semua dpt cepat terungkap.
Mari hidup damai satu sama lain..

Vicky Laurentina mengatakan...

Mungkin yang ngebom itu nggak merasa Indonesia sebagai negerinya, Mas. Mungkin dipikirnya negeri sejatinya itu **A * atau *A***S**.

Tukang Komen mengatakan...

bangsat.. biadab, setan, anjrit tuh orang yang ngledakin bom, eh...sorry jadi kebawa emosi nih... benar...benar biadab... yang jadi korban banyak juga saudara-saudara sendiri padahal....

attayaya mengatakan...

wah kalo mereka berani diluar
ntar Indonesia bisa ekspor pengebom dong
jangan ah
jangan ada yg berani di dalam maupun diluar
jangan ada org luar yg berani di Indonesia
peace always ...

attayaya mengatakan...

yup ada pop up neh
langsung kena block

bintang mengatakan...

baru buka fesbuk udah dapet berita pengeboman di jakarta uffhh tarik nafas deh

innalillahi wainailaihi rojiun.. untuk para korban pengeboman semoga arwah di terima sang Khalik dan ditempatkan di tempat yang sebaik-baiknya

setuju ama bang Rco, pengebom itu sakit mental kali ya bang... gak ada kerjaan laen apa ya atau mereka itu gak punya hati kali ya shingga ga bisa ngerasain gimana kalo mereka adalah korban pengeboman itu.

Cerita Tugu mengatakan...

mudah-mudahan yang ngebom segera ketangkep tuk mempertanggungjawabkan perbuatannya